Selasa, 30 Desember 2014

UNDANGAN MAULID AKBAR NABI MUHAMMAD S.A.W

Selalu ada yang luar biasa dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W di Markaz FPI. Berbeda dengan peringatan Maulid Nabi di tempat lain yang biasanya selalu mengulang cerita kelahiran Nabi saja, Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan maulid akbar di markaz FPI memang penuh dengan nuansa perjuangan. Para tokoh undangan yang hadir mayoritas adalah ulama-ulama pergerakan yang selama ini berjuang untuk tegaknya syariat Islam di bumi nusantara ini.

Di tahun ini Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP-FPI) kembali mengundang seluruh umat islam untuk mengikuti peringatan maulid akbar Rasululah S.A.W ke 1488. Insya Allah acara ini akan diisi tausiyah oleh ulama, kiyai, ustadz, dan habaib yang hadir dari seluruh nusantara.

HADIRILAH MAULID AKBAR NABI BESAR MUHAMMAD SAW
YANG KE-1488 ( DARI 12 ROBI'UL AWWAL TAHUN GAJAH S/D 12 ROBI'UL AWWAL 1436 H ).

BERSAMA FRONT PEMBELA ISLAM & GUBERNUR RAKYAT JAKARTA K.H. FAKHRURROZI ISHAQ (BANG ROZI ).

HARI/TANGGAL : JUM'AT, 2 JANUARI 2015 M
PUKUL : 19.00 S/D SELESAI 
TEMPAT : JL. RAYA PETAMBURAN TANAH ABANG - JAKARTA PUSAT.

Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.

Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.

Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.

Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.

Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.

Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.


0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com