JAKARTA
- Begitu banyaknya Muslim di Indonesia. Disebut Muslim
terbesar di dunia. Selalu digambarkan Muslim Indonesia sebagai ‘MAYORITAS.
Kenyataannya mayoritas Muslim itu,
sejatinya secara politik, ekonomi, dan budaya, Muslim di Indonesia hanya
sebagai ‘MINORITAS’. Banyak Muslim di Indonesia terbuai dan
ternina-bobokan dengan julukan sebagai ‘MAYORITAS’.
Jumlah Muslim yang banyak itu,
tidak sebanding lurus pengaruhnya di semua lapangan kehidupan. Pengaruh Muslim
di bidang politik, ekonommi, dan budaya, tidak nampak.
Di mana perilaku dalam kehidupan
sehari–hari dan simbol-simbol Islam juga tidak nampak, bahkan tersingkir dari
kehidupan sehari-hari. Justru yang nampak dalam wujud keseharian, ialah
kehidupan politik dan ekonomi sekuler (la diniyah), budaya materialisme, dan
paganisme muncul di mana-mana.
Ini akibat doktrin toleransi dan
pluralisme sudah masuk ke dalam hati dan tulang sumsum Muslim di Indonesia.
Toleransi dan pluralisme sudah menjadi agama baru. Orang-orang yang menolak
toleransi dan pluralisme dimusuhi dan dianggap sebagai penjahat.
Mereka yang menolak toleransi dan
pluralisme itu dituduh fanatik, ekslusif, dan ekstrim. Semua tuduhan itu
membuat Muslim itu menjadi takut, menegaskan jati dirinya, dan harus mengubah
‘dhomirnya’ (karakter dasar) mereka seperti orang-orang sekkuler yang ‘la
diniyah’.
Muslim harus toleran dengan
kekufuran dan kemusyrikan. Muslim harus toleran dengan paganisme. Muslim
harus toleran dengan sinkritisme. Muslim harus toleran dengan
kemaksiatan dan kedurhakaan terhadap Allah. Muslim harus biasa menerima
segala bentuk kejahatan, dan pelanggaran nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.
Muslim harus bisa menerima segala
bentuk kehiudpan jahiliyah. Tidak boleh menolak dan menentang kehidupan
jahiliyah. Sehingga, Muslim hidupnya ‘talbiz’ dengan segala bentuk
kekufuran dan kemusyrikan, dan berbagai kemaksiatan dan kedurhakaan.
Muslim harus mau menerima
nilai-nilai agama-agama bathil bikinan manusia. Dogma-dogma dan ajaran serta ideologi
bikinan manusia. Tidak boleh ‘baro’ (menolak-memushui), dan bahkan harus
berdamai alias ‘coekstensi’ (hidup berdampingan) dengan berbagai isme dan agama
bikinan manusia.
Muslim harus mengakui atau menyakini
tentang wujud-wujud semua agama dan dogma serta ideologi bikinan manusia
alias ‘dinunnas’.
Doktrin pluralism ini sudah begitu
merasuk dalam jiwa Muslim. Mereka tidak lagi mengatakan ‘la’ (tidak) ketika
doktrin pluralisme itu datang. Pluralisme itu sudah menjadi agama baru di
Indonesia. Keyakinan baru.
Dengan dalih Indonesia banyak paham
agama, aliran ideologi, kepercayaan, dan berbagai kepercayaan. Sehingga, Muslim
tidak boleh mengatakan, bahwa Islam sebagai satu-satunya sistem hidup yang
memililki kebenaran bersifat mutlak.
Padahal, setiap Muslim wajib
meyakini seyakin-yakin terhadap sebagai kebenaran yang bersifat mutlak.
Islam satu-satunya petunjuk, sistem hidup, dan harus diyakini
seyakin-yakin bagi setiap Muslim. Tidak ada nilai apapun, yang
berhak dan layak diyakini bagi Muslim, selain hanya Islam.
Tidak boleh bersikap ‘ambigu’
(mendua). Karena, Islam satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah.
Selain agama Islam, ditolak, dan orang-orang yang mengikutinya kelak dikhirat
termasuk golongan yang merugi (minal khasyirin).
Seperti dikatakan dalam al-Qur’an
surah al-Maidah, Allah Ta’ala menegaskan Muslim hanya boleh menjadi
Allah,Rasul, dan orang –orang Mukmin sebagai penolongnya, maka akan beroleh
kemenangan.
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah
Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat,
menunaikan zakat, seraya tunduk kepada Allah”.
(QS : al-Maidah : 55)
“Dan barang siapa menjadikan Allah,
rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh
pengikut (agama) Allah itulah yang menang”.
(QS : al-Maidah : 56)
“Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu
jadi bahan ejekan dan permainan (yaiitu) diantara orang-orang yang telah diberi
kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada
Allah, jika kamu orang –orang yang beriman”. (QS : al-Maidah : 57)
Setiap Muslim perlu memahami dan
menyadari doktrin-doktin tentang toleransi , pluralilsme, dan berbagai ideologi
yang sekarang diyakini oleh manusia, tak lain, semua itu ciptaaan Zionis.
Golongan yang paling keras memuhi orang-orang Mukmin.
Tidak ada toleransi dan pluralisme
di dalam kehidupan Zionisme dan Yahudi. Justru yang sekarang terpampang
dengan gamblang, rasisme dan bentuk-bentuk perbudakan terhadap umat manusia.
Ini sudah sangat gamblang tidak perlu dipungkiri.
Zionis-Israel belum lama ini,
membuat keputusan politik yang sangat luar biasa, di mana parlemen
(Knesset) Israel, mengeluarkan undang-undang baru, yang secara eksplisit dan tegas,
bahwa Israel sebagai : YAHUDI. Dengan baru itu, maka meniadakan semua
eksistensi golongan yang ada di Israel, termasuk bangsa Arab.
Zionis-Israel terus mengusir dan memusnahkan banga Arab dari negeri
Yahudi itu.
Di Indonesia, banyaknya Muslim
itu, ibaratnya seperti ‘batang pisang’ yang hanyut di sungai. Mungkin juga
seperti mayat yang tanpa ruh. Sehingga, tidak bereaksi dengan keadaan yang ada.
Melihat berbagai bentuk kekufuran dan kemusyrikan sudah tidak bereaksi.
Melihat kemaksiatan dan kedurhakaan
tidak lagi tersentuh hatinya. Toleran. Melihat berbagai ideologi, agama, paham
yang menyimpang, tak lagi dianggap bathil. Banyak Muslim di Indonesia tak
bermanfaat. Karena tanpa ruh, dan sudah lumpuh. Karena sudah tercekoki dengan
doktrin toleransi dan pluralisme.
Bandingkan dengan Muslim Palestina.
Terutama di Gaza. Jumlah mereka hanya 2 juta. Tidak sama dengan Muslim
Indonesia yang jumlahnya lebih 200 juta. Tapi Muslim Palestina bisa dan mampu
menghadapi konspirasi Zionis-Israel, Amerika, dan para pemimin munafiq Arab.
Berulangkali Gaza di serang , tapi berulagkali pula, Zionis-Israel yang
mengumumkan gencatan senjata.
Negara-negara Arab pernah perang
melawan Zionis-Israel, dan paling terkenal perang ‘6 Hari’, tahun l967, dan
Arab mengalami kekalahan yang memalukan melawan Zionis-Israel. Karena mereka
menggunakan ideologi nasionalisme, ketika menghadapi Zionis. Bukan menggunakan
idiologi Islam.
Ini sudah nyata-nyata terjadi.
Sampai sekarang Negara-negara Arab, tersungkur di bawah telapak kaki
Zionis, dan bahkan para pemimpin mereka menjadi budak Zionis, mengabdi kepada
Zionis. Hina-dina, dan tidak lagi memiliki izzah (kemuliaan).
Sheikh Ahmad Yasin, pendiri
Hamas, lumpuh sekujur tubuhnya, hanya kepalanya yang bisa digerakkan. Terkena
penyakit jantung yang akut. Matanya rabun. Tidak bisa melihat dengan jelas.
Tapi, Sheikh Ahmad Yasin yang hanya bisa duduk di kursi roda itu,
Zionis-Israel sangat takut. Matinya Sheik Yasin ditembak dengan rudal.
Berkkeping-keping.
Mengapa Zionis begitu takut terhadap
Sheik Yasin, laki-laki yang sudah lumpuh dan sakit-sakitan? Karena
pendiri Hamas itu, tertanam didalam dirinya keimanan dan nilai-nilai Islam yang
kokoh. Inilah yang membuat dia sanggup mengalahkan Zionis.
Barangkali satu-satunya negeri yang
bersih dari budaya sekuler hanya di Gaza. Budaya materialisme digantikan budaya
cinta kepada akhirat. Budaya yang menginginkan balasan surga. Tidak mencari
selain keridhaan Allah. Karena apapun yang ada di dunia ini, hanya akan hina
dimata Allah Rabbul, jika tidak diperuntukan untuk mengabdi kepada Rabbul
Alamin.
Inilah yang menyebabkan bangsa
Muslim Palestina, di Gaza, sanggup bertahan dan menang melawan Zionis. Tidak
perduli dengan kematian. Anak-anak yang menjadi generasi baru, kegiatan
mereka hanya menghafal al-Qur’an. Barakallahu fikum.
Wahai saudaraku Muslim di Gaza.
Berbahagialah kelak di akhirat. Mendapatkan syafaat dan rahmat dari Rabb Yang
Maha Agung. Sekalipun, di dunia mendapatkan ujian yang tiada tara. Diperangi
kafir musyrik (yahudi dan nasrani). Wallahu’alam.
mashadi1211@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar